SERUAN HATI
Terduduk, aku diam, di sebuah
bangku kayu
Pandanganku melayang ke jendela
kaca
Memandang butiran jernih air hujan
yang jatuh
Membasahi bumiku yang beku
Aku menengadah, bertatapan
dengan sang langit mendung
Menyelidik, aku penasaran
Ada apa di atas sana?
Milik siapakah segala kemegahan
ini?
Apakah kerajaan kekal itu benar
adanya?
Dan benarkah surga itu ada?
Jutaan tanda tanya menyelinap
di kerapuhan batin
Membuat keraguan itu perlahan
terbit
Dan menggerogoti kepercayaanku
Apakah benar
Semua yang ditangkap
pandanganku
Adalah milikNya?
Sebenarnya, siapakah Dia?
Rajakah?
Benarkah aku ini bejana yang Ia
bentuk?
Dan benarkah Dia itu ada?
Khayalku terbang menembus awan
mendung nan kelabu
Ditarik mundur, kembali ke
kehidupan lamaku
Berdebu dosa dan diselimuti
gelap
Kekerasan hati yang kuat bak
batu karang
Kokoh menantang ganas sang
ombak
Aku tak peduli!
Bahagiakah atau bersedihkah
mereka?
Aku tak mau peduli
Ketika sobatku membutuhkan
hangat kasihku
Aku biarkan mereka
Aku terlalu takut untuk
membentangkan harapan
Terpasung di tengah zona amanku
Kucoba tuk terbang dengan
sayapku
Namun aku hanya terjatuh
dirangkul kelemahan
Keegoisan mengguncang kesadaranku
Menggerogoti kepingan batin dan
nuraniku
Kini Tuhan, kutunduk di
hadiratMu yang agung
Lirih, ku kirimkan seruanku
kepadaMu
TUHAN, TUHAN!
Terlampau jauh aku telah
berlari
Ampunilah aku, Tuhan
Kotor!
Aku malu ‘tuk memandang sinar
wajahMu
Karena ego yang hanya hadirkan
penyesalan
Berlalunya hari-hari
kehidupanku
Ku jalani dengan terseok-seok
Begitu erat dosa merantai
kakiku
Hingga tak mampu lagi menapaki hidup
Terlalu berat aku tertindih
Mencekat napasku tuk bebas
Hatiku kembali memanggil namaMu
Tuhan!
Tahirkan aku dari kotor
dosa-dosaku
Bawalah aku kembali bernaung
Di keteduhan kerajaanMu
Batinku tiada henti meronta
ingin dibebaskan
Hingga aku mendengar
Suara nan lembut nyanyian yang kudus
Datang sembari berkata kepadaku:
Kaulah
anakKu dan selamanya kau tetap demikian
Hutang-hutangmu
telah lunas terbayar
Oleh
darahKu yang tercurah di kayu salib
Kembalilah
anakKu,
Dan
jangan lagi berpaling dariku
Air mata mengalir perlahan
dikala aku tertunduk
Membasahi tanah hati yang
gersang dilanda kemarau penyesalan
Terima kasih Ya Yesus, Juruselamatku
Telah membersihkanku dari debu
dosa-dosaku
Menganugerahkan kesempatan yang
baru
Tuk menjadikanku pelangiMu
Yang tiada letih memancarkan
cahaya
Hingga kelakkan dapat menerangi
Kegelapan di bumiku yang dirangkul
sesaknya penyesalan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar