Rabu, 05 Maret 2014

Tugas Akhir Sekolah (Puisi Tiga Halaman)

SERUAN HATI

Terduduk, aku diam, di sebuah bangku kayu
Pandanganku melayang ke jendela kaca
Memandang butiran jernih air hujan yang jatuh
Membasahi bumiku yang beku

Aku menengadah, bertatapan dengan sang langit mendung
Menyelidik, aku penasaran
Ada apa di atas sana?
Milik siapakah segala kemegahan ini?
Apakah kerajaan kekal itu benar adanya?
Dan benarkah surga itu ada?

Jutaan tanda tanya menyelinap di kerapuhan batin
Membuat keraguan itu perlahan terbit
Dan menggerogoti kepercayaanku
Apakah benar
Semua yang ditangkap pandanganku
Adalah milikNya?
Sebenarnya, siapakah Dia?
Rajakah?
Benarkah aku ini bejana yang Ia bentuk?
Dan benarkah Dia itu ada?
Khayalku terbang menembus awan mendung nan kelabu
Ditarik mundur, kembali ke kehidupan lamaku
Berdebu dosa dan diselimuti gelap
Kekerasan hati yang kuat bak batu karang
Kokoh menantang ganas sang ombak
Aku tak peduli!
Bahagiakah atau bersedihkah mereka?
Aku tak mau peduli
Ketika sobatku membutuhkan hangat kasihku
Aku biarkan mereka
Aku terlalu takut untuk membentangkan harapan
Terpasung di tengah zona amanku
Kucoba tuk terbang dengan sayapku
Namun aku hanya terjatuh dirangkul kelemahan

Keegoisan mengguncang kesadaranku
Menggerogoti kepingan batin dan nuraniku
Kini Tuhan, kutunduk di hadiratMu yang agung
Lirih, ku kirimkan seruanku kepadaMu
TUHAN, TUHAN!
Terlampau jauh aku telah berlari
Ampunilah aku, Tuhan
Kotor!
Aku malu ‘tuk memandang sinar wajahMu
Karena ego yang hanya hadirkan penyesalan

Berlalunya hari-hari kehidupanku
Ku jalani dengan terseok-seok
Begitu erat dosa merantai kakiku
 Hingga tak mampu lagi menapaki hidup


Terlalu berat aku tertindih
Mencekat napasku tuk bebas
Hatiku kembali memanggil namaMu
Tuhan!
Tahirkan aku dari kotor dosa-dosaku
Bawalah aku kembali bernaung
Di keteduhan kerajaanMu

Batinku tiada henti meronta ingin dibebaskan
Hingga aku mendengar
Suara nan lembut nyanyian yang kudus
Datang sembari berkata kepadaku:
Kaulah anakKu dan selamanya kau tetap demikian
Hutang-hutangmu telah lunas terbayar
Oleh darahKu yang tercurah di kayu salib
Kembalilah anakKu,
Dan jangan lagi berpaling dariku

Air mata mengalir perlahan dikala aku tertunduk
Membasahi tanah hati yang gersang dilanda kemarau penyesalan
Terima kasih Ya Yesus, Juruselamatku
Telah membersihkanku dari debu dosa-dosaku
Menganugerahkan kesempatan yang baru
Tuk menjadikanku pelangiMu
Yang tiada letih memancarkan cahaya
Hingga kelakkan dapat menerangi
Kegelapan di bumiku yang dirangkul sesaknya penyesalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar